BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Peserta
didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling
berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian
dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan
belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia
lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti
senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara
keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga
mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini
berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman
sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan
misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga
beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman
sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja
diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah
mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun
segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa
dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai
pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan
jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun ingin membuat makalah
dengan judul “Karakteristik Perkembangan Sosial dan Kepribadian Masa
Kanak-Kanak, Anak, Remaja, dan Dewasa serta Implikasinya dalam Pendidikan”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.
Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak,
remaja, dan dewasa?
3.
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sosial?
4.
Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap
tingkah laku?
5.
Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang
dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
6.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
8.
Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak,
remaja, dan dewasa?
C.
Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan
sosial.
2.
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial
anak sampai dewasa.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial.
4.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap
tingkah laku seseorang.
5.
Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan
sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian.
7.
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat
dan tidak sehat.
8.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian.
9.
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai
dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan
hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat
yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007)
menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja
sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan
bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi)
merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai
dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks.
B.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak
dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan
lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social
cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami
orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi,
minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang
sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman
sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya
yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial
dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan
yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam
beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala
karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan
psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting,
yaitu keintiman, generatif dan integritas.
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status
ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak,
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga
berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan
kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial,
memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak
dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan
masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen,
akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat
dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses
sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti
luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar
secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan
berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
D. Pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial
anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud
dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan
diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau
merahasiakannya.
Pikiran anak sering
dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan
abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam
pikirannya.
Disamping itu pengaruh
egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri,
tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis
yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.
Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang
lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan
penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka
sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
E.
Implikasi
Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki
sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami
benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka
sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap
canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari
lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan
Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan
jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung
jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara
maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak
memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan
cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai,
dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja,
Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
a.
Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal
terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b.
Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh
anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c.
Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja,
termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan
oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya
atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus
senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara
demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil
keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
2. Lingkungan
Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru
juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru
harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak,
sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya
tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga
mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan
sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a)
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan
rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b)
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat
mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
F.
Pengertian
Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan
dari Bahasa Inggris “personality”.
Sedangkan istilah personality secara
etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare”
(menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno
untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu
dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu
bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang,
peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui
kedok yang dipakainya.
G.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan
(seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
1.
Fisik.
Faktor fisik
yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing,
gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan
(sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian
organ tubuh.
2.
Intelegensi.
Tingkat
intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu
yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami
hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3.
Keluarga.
Suasana atau
iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak
yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti
orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam
kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung
positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken
home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak
memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan
kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat
mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia
sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
2. Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan
mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan
remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok
sebaya.
3. Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi
keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan
kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
4. Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian
diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang
mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak
terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua
dan akhirnya berjhenti pada kematian.
6. Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam
empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode
tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah
melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan
masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
B.
Saran
Sejalan dengan simpulan di atas,
penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan
sosial peserta didiknya.
Daftar Pustaka
Kurnia, inggrid
dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial
Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2007. Perkembangan Sosial Anak.
(Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial.
(Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar